Keep Hamazah!

Pages

  • Islam and Medicine

Blog Archive

  • ▼  2013 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ▼  Januari (1)
      • <!--[if gte mso 9]> <![endif]--> Shol...
  • ►  2012 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2011 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)

About Me

Foto Saya
Alfi Kamalia (Alfun Hamazah)
saya tidak bisa menjanjikan apapun tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk bersyukur dan menjunjung kemanfaatan
Lihat profil lengkapku

Followers

Jumat, 11 Januari 2013

Sholat Tahajud Sebagai Terapi Protektif Terhadap Faktor 
Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Alfi Kamalia (102010101028, 2010), Sayyidah Auliany A. (102010101041, 2010)
Fakultas Kedokteran Universitas Jember
2011
Pada tahun 2010 dilaporkan PJK  merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institute HeartMath, variabilitas denyut jantung (HRV) merupakan indikator penting dari fisiologis tubuh dan perilaku.
Karena sedemikian pentingnya fungsi jantung terhadap kehidupan manusia, selain sebagai organ pemompa darah, jantung juga berperan penting terhadap perubahan perilaku. Dan dengan terus meningkatnya prevalensi penyakit jantung, khusunya di Indonesia, maka dibutuhkan suatu sarana yang mampu memberikan proteksi terhadap penyakit jantung khusunya penyakit jantung koroner sehingga jantung tetap terpelihara baik.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadis yang artinya sebagai berikut:
 “Shalat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit, (HR Tirmidzi)”.
Hadis Nabi Saw tersebut, sholat tahajut memberikan berbagai manfaat baik dari segi spiritual maupun segi kesehatan, yakni mampu menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit. Hal ini menimbulkan sebuah ketertarikan bagi penulis untuk menelaah lebih jauh mengenai hubungan dari ibadah mahdah dengan risiko sebuah penyakit. Oleh karena itu, dalam karya tulis ini penulis menelaah bagaimana implikasi sholat tahajud sebagai terapi protektif terhadap risiko penyakit jantung koroner.
Tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah sebgai berikut: untuk mengetahui karakteristik sholat tahajud yang mampu menurunkan sekresi hormone kortisol dan untuk mengetahui implikasi sholat tahajud sebagai terapi protektif terhadap risiko penyakit jantung koroner.
Shalat tahajud merupakan salah satu sholat sunah yang bukan rawatib. Tahajud artinya bangun dari tidur. Sholat tahajud artinya sholat sunah yang dilakukan pada wantu malam hari dan dilaksanakan didahului dengan tidur walaupun tidurnya hanya sebentar(Abu Husein, 1992). Faktor risiko penyakit jantung koroner dibedakan menjadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan (nonmodifiable risk factors)( Brian H. Galbut MD, Michael H Davidson MD,2005) meliputi keturunan, umur, dan jenis kelamin; faktor yang dapat dikendalikan (modifiable risk factors) (M. Montaye, D. De Bacquer, G. De Backer and P. Amouye,2000), meliputi hipertensi, merokok, penyakit Diabates Mellitus, stres, obesitas, hiperkolesterolemia, diet, aktivitas fisik.
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah dengan menggunakan beberapa metode. Antara lain dengan metode deskriptif, literature, diskusi, pemikiran subyektif, analisis dan alur pemikiran.
Sholat tahajud dilaksanakan dengan niat ikhlas, dengan keinginan yang kuat dan menunggalkan tujuan hanya kepada Allah Swt., dipersepsikan positif, maka amigdala akan mengirimkan informasi kepada Locus Coeruleus (LC) yang mengaktifkan reaksi syaraf otonom. Lewat hipotalamus, mensekresi neurotransmitter, endorphin, dan enkepalin, yang berfungsi penghilang rasa sakit dan pengendalian sekresi CRF secara berlebih. Akibatnya, sekresi ACTH juga stabil dan terkendali. Dan akhirnya sekresi kortisol akan terkendali, sesuai dengan irama sirkadian, yakni rendah pada malam hari. 
Sekresi kortisol akan terkendali, sesuai dengan irama sirkadian, yakni rendah pada malam hari. Konsentrasi kortisol yang rendah akan mengakibatkan sekresi renin juga stabil, sehingga tidak terjadi peningkatan tekanan arteri, hipertensi dan menimbulkan efek terapi protektif terhadap penyakit jantung koroner.  
Pada pengamal sholat tahajut, akan terjadi penurunan kadar kortisol sehingga mereka berada pada keadaan emosi positif. Dengan demikian, sholat tahajud sebagai sarana protektif terhadap risiko penyakit jantung dengan memberikan efek berupa penurunan kortisol sehingga tercapailah keadaan emosi positif (ketenangan) yang mampu mengendalian diri, khususnya pengendalian terhadap amarah. 
Karakteristik sholat tahajut yang mampu menurunkan sekresi hormon kortisol adalah sholat tahajud yang dilaksanakan dengan niat ikhlas. Implikasi sholat tahajud terhadap faktor risiko penyakit jatung koroner dengan mencegah timbulnya hipertensi dan amarah. Sementara itu, sholat tahajud diduga mampu memberikan proteksi terhadap faktor risiko lainnya, yakni diet, hiperkolesterolemia, obesitas aktivitas fisik, dan merokok.
Keyword: PJK, Sholat Tahajud, Kortisol, dan Faktor Risiko PJK


Diposting oleh Alfi Kamalia (Alfun Hamazah) di 02.04 1 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Postingan Lebih Baru Postingan Lama
Langganan: Postingan (Atom)
@ 2011 Keep Hamazah!; Many thanks to: Blogger Templates / blog Design Company / SEO / free template Blog