Sabtu, 04 Agustus 2012
Seni Bergembira
Di
antara kenikmatan terbesar adalah kegembiraan, ketentraman, dan ketenangan
hati. Sebab, dalam kegembiraan hati itu terdapat keteguhan pikir, produktifitas
yang bagus, dan keriangan jiwa. Kata banyak orang, kegembiraan merupakan seni
yang dapat dipelajari. Artinya, siapa yang mengetahui cara memperoleh,
merasakan dan menikmati kegembiraan, maka ia akan dapat memanfaatkan berbagai
kenikmatan dan kemudahan hidup, baik yang ada di depannya maupun yang masih
jauh berada di belakangnya. Adapun modal utama untuk meraih kebahagiaan adalah
kekuatan atau kemampuan diri untuk menanggung beban kehidupan, tidak mudah
goyah oleh goncangan-goncangan, tidak gentar oleh peristiwa peristiwa, dan
tidak pernah sibuk memikirkan hal-hal kecil yang sepele. Begitulah, semakin
kuat dan jernih hati seseorang, maka akan semakin bersinar pula jiwanya.
Hati
yang lemah tekad, rendah semangat, dan selalu gelisah analoginya gerbong kereta
yang mengangkut kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran. Oleh sebab itu,
barangsiapa membiasakan jiwanya
bersabar dan tahan terhadap
segala benturan, niscaya goncangan apapun dan tekanan dari manapun akan terasa
ringan.
Kala seorang jelata dalam
kesengsaraannya
ringan
baginya untuk mendaki gundukan lumpur
Di
antara musuh utama kegembiraan adalah wawasan yang sempit, pandangan yang
picik, dan egoisme. Karena itu, Allah melukiskan musuh-musuhNya adalah
sebagaimana berikut:
{Mereka dicemaskan oleh diri
mereka sendiri.}
Orang-orang
yang berwawasan sempit senantiasa melihat seluruh alam ini seperti apa yang
mereka alami. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang terjadi pada orang lain,
tidak pernah hidup untuk orang lain, dan tidak pernah memperhatikan sekitarnya.
Memang ada kalanya kita harus memikirkan diri kita sendiri dan menjaga jarak dari
sesama, yaitu tatkala kita sedang melupakan kepedihan, kegundahan, dan
kesedihan kita. Dan, itu artinya kita dapat mendapatkan dua hal secara
bersamaan: membahagiakan diri kita dan tidak merepotkan orang lain.
Satu
hal mendasar dalam seni mendapatkan kegembiraan adalah bagaimana mengendalikan
dan menjaga pikiran agar tidak terpecah. Apalagi bila Anda tidak mengendalikan
pikiran Anda dalam setiap melakukan sesuatu, niscaya ia tak akan terkendali. la
akan mudah membawa Anda pada berkas-berkas kesedihan masa lalu. Dan pikiran
liar yang tak terkedali itu tak hanya akan menghidupkan kembali luka lama,
tetapi juga membisikkan masa depan yang mencekam. Ia juga dapat membuat tubuh
gemetar, kepribadian goyah, dan perasaan terbakar. Karena itu, kendalikan
pikiran Anda ke arah yang baik dan mengarah pada perbuatan yang bermanfaat.
{Dan,
bertawakallah kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.}
(QS.
Al-Furqan: 58)
Hal
mendasar yang tak dapat dilupakan dalam mempelajari cara meraih kegembiraan
adalah bahwa Anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai dengan porsi dan
tempatnya. Bagaimanapun, kehidupan ini laksana permainan yang harus diwaspadai.
Pasalnya, ia dapat menyulut kekejian, kepedihan, dan bencana. Jika demikian halnya
sifat-sifat dunia, maka mengapa ia harus begitu diperhatikan dan ditangisi
ketika gagal diraih. Keindahan hidup di dunia ini acapkali palsu,
janji-janjinya hanya fatamorgana belaka, apapun yang ia lahirkan senantiasa
berakhir pada ketiadaan, orang yang paling bergelimang dengan hartanya adalah
orang yang paling merasa terancam, dan orang yang selalu memuja dan memimpikannya
akan mati terbunuh oleh pedang waktu yang pasti tiba.
Adakah
kita generasi yang sama saja dengan moyangnya?
penghuni
negeri yang hanya melihat gagak sepanjang hidupnya,
hingga
kita selalu meratapi dunia, sedang di dunia
tak
ada sekumpulan manusia yang tak pernah berpisah
Betapa
nasib para durjana, kaisar-kaisar penguasa, dan penimbun harta,
adakah
harta dan jabatan mereka kekal dan masih ada di tangan mereka?
Barangsiapa
merasa terhimpit oleh langit kehidupannya,
dia
akan terus merasa sesak sampai masuk ke dalam liang kuburnya
seakan
mereka tuli saat diseru, dan tak pernah tahu bahwa
menasehati
mereka itu boleh, boleh sekali
Dalam
sebuah hadits disebutkan: "Sesungguhnya ilmu itu didapat hanya dengan
belajar, dan kesabaran itu diperoleh hanya dengan latihan."
Satu
hal mendasar yang sangat penting diperhatikan adalah bahwa kegembiraan itu
tidak datang begitu saja. Tapi, harus diusahakan dan dipenuhi segala sesuatu
yang menjadi prasyaratnya. Lebih dari itu, untuk mencapai kebahagiaan Anda
harus menahan dari hal-hal yang tak bermanfaat. Begitulah cara menempa jiwa
agar senantiasa siap di ajak mencari kebahagiaan.
Kehidupan
dunia ini sebenarnya tidak berhak membuat kita bermuram durja, pesimistis dan
lemah semangat. Sebuah syair mengatakan:
Hukum
kematian manusia masih terus berlaku,
karena
dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya
seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan
esok hari tiba-tiba menjadi bagian dari suatu berita,
ia
dicipta sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang
engkau mengharap selalu damai nan tenteram.
Wahai
orang yang ingin selalu melawan tabiat,
engkau
mengharap percikan api dari genangan air.
Kala
engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau
telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan
adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
maka
manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan
Maka,
selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu,
akan
terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
Sigaplah
dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah
waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka
Dan
zaman tak akan pernah betah menemani Anda, karena ia
akan
selau lari meninggalkan Anda sebagai musuh yang menakutkan
dan
karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang-orang
bertakwa.
Adalah
suatu kenyataan yang terelakkan bila Anda tidak akan mampu menyapu bersih
noda-noda kesedihan dari Anda. Karena bagaimanapun, memang seperti itulah
kehidupan dunia ini tercipta.
{Kami
telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah.}
(QS. Al-Balad: 4)
{Sesungguhnya, Kami menciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya.}
(QS.
Al-Insan: 2)
{Supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.}
(QS. Al-Mulk: 2)
Demikian
penjelasan Sang Pencipta tentang tabiat dan dasar dari makhluk yang bernama
manusia.
Semua
itu kenyataan. Maka, Anda hanya berkewajiban mengurangi dan bukan menghilangkan
kesedihan, kecemasan dan kegundahan pada diri Anda. Sebab, kesedihan itu akan
sirna bersama akar-akarnya hanya di surga kelak. Terbukti, dalam al-Qur'an
disebutkan bahwa para penduduk surga akan ada yang berkata,
{Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.}
(QS.
Fathir: 34)
Ini
merupakan isyarat bahwa kesedihan hanya akan tersapu bersih dari seseorang
tatkala ia sudah berada di surga kelak. Dan ini sama halnya dengan nasib
kedengkian yang tak akan benar-benar musnah kecuali setelah manusia masuk
surga.
{Dan,
Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka.}
(QS.
Al-Hijr: 47)
Inilah
dunia. Orang yang mengetahui apa dan bagaimana dunia, niscaya ia akan dapat
menghadapi setiap rintangan dan menyikapi tabiatnya yang kasar dan pengecut
itu. Dan kemudian, ia akan menyadari bahwa memang demikianlah sifat dan tabiat
dunia itu.
Jika
benar dunia seperti yang kita gambarkan di atas, maka sungguh pantas bagi orang
yang bijak, cerdik serta waspada untuk tidak mudah menyerah pada kesengsaraan,
kesusahan, kecemasan, kegundahan, dan kesedihan dalam hidupnya. Sebaliknya,
mereka harus melawan semuanya itu dengan seluruh kekuatan yang telah Allah
karuniakan kepadanya.
{Dan,
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.}
(QS.
Al-Anfal: 60)
{Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah,
dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).}
(QS.
Ali 'Imran: 146)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar